Faktor Penentu BMP: 15 Indikator yang Mempengaruhi Nilai Tambahan TKDN*
Dalam rangka memperkuat struktur industri nasional dan memperluas penggunaan Produk Dalam Negeri (PDN), pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai prasyarat dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. Namun, seiring dinamika sektor industri, muncul kebutuhan untuk memberi penghargaan lebih kepada perusahaan yang berkontribusi strategis terhadap ekonomi nasional. Inilah latar belakang lahirnya skema Bobot Manfaat Perusahaan (BMP).
BMP adalah insentif tambahan dalam perhitungan TKDN yang mencerminkan kontribusi lebih suatu perusahaan dalam aspek pembangunan berkelanjutan, investasi, teknologi, dan pemberdayaan industri nasional. Pemerintah merumuskan 15 indikator BMP yang bisa di gunakan pelaku industri untuk meningkatkan nilai total TKDN produk mereka.
Artikel ini akan membahas tuntas seluruh indikator faktor penentu BMP, fungsi dan bobotnya, serta bagaimana masing-masing dapat di optimalkan untuk mendongkrak nilai TKDN dan membuka peluang dalam proyek-proyek pengadaan nasional.
Apa Itu Penentu BMP (Bobot Manfaat Perusahaan)?
BMP (Bobot Manfaat Perusahaan) adalah nilai tambahan yang di berikan kepada perusahaan sebagai bentuk pengakuan terhadap manfaat yang mereka berikan bagi industri dalam negeri. Tentu BMP jadi salah satu unsur untuk perhitungan nilai total TKDN, porsi maksimalnya 15% dari totalnya.
Dengan dimasukkannya BMP, total nilai TKDN suatu produk dapat melebihi dari nilai yang dihitung berdasarkan komponen produksi saja. Artinya, perusahaan yang berkomitmen lebih pada industri nasional akan lebih dihargaidalam proses pengadaan.

Mengapa BMP Di perlukan?
Beberapa alasan BMP menjadi penting:
- Mendorong investasi strategis dan jangka panjang
- Mengapresiasi perusahaan yang menerapkan teknologi dan prinsip berkelanjutan
- Meningkatkan pemerataan ekonomi lewat keterlibatan UMKM
- Menjadi diferensiasi positif dalam pengadaan berbasis nilai lokal
Struktur Penilaian BMP
Total nilai maksimal BMP adalah 15%. Namun, perusahaan tidak wajib memenuhi seluruh indikator. Mereka dapat memilih beberapa indikator sesuai dengan kekuatan dan karakter usaha mereka.
Setiap indikator memiliki bobot nilai tersendiri, mulai dari 1% hingga 2%, tergantung pada kompleksitas dan dampaknya terhadap industri nasional.
15 Indikator BMP dan Penjelasannya
1. Penerapan Industri 4.0 (Bobot: 2%)
Perusahaan yang telah mengadopsi teknologi Industri 4.0 seperti Internet of Things (IoT), Artificial Intelligence, robotik, dan digitalisasi proses produksi akan mendapatkan nilai BMP.
Bukti yang di perlukan:
* Siapkan Sertifikatnya INDI 4.0 levelnya 4 → score penuh.
* INDI 4.0 level 2–3 → skor setengah
2. Pengembangan SDM Industri (Bobot: 1%)
Mendorong pengembangan sumber daya manusia melalui kerja sama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan vokasi.
Bukti yang diperlukan:
* Kerja sama dengan ≥50 institusi: skor penuh
* Kerja sama 25–49 institusi: skor setengah
3. Kemitraan dan Penguatan Rantai Pasok (Bobot: 2%)
Perusahaan yang bermitra dengan UMKM atau petani, nelayan, dan koperasi untuk pemenuhan bahan baku atau komponen akan mendapatkan nilai BMP.
Bukti:
* Kemitraan dengan ≥50 entitas: skor penuh
* 25–49 entitas: skor setengah
4. Kepemilikan Sertifikasi/Akreditasi (Bobot: 1%)
Pengakuan atas standar mutu, keamanan, halal, atau keberlanjutan dalam bentuk sertifikat resmi.
Jenis sertifikat yang dihitung:
* SNI, ISO, HACCP, Halal, ISPO, HaKI, BPOM, CPOTB, CPPOB, dll.
* ≥4 sertifikat: skor penuh
* 2–3 sertifikat: skor setengah
5. Kepemilikan Merek Dalam Negeri (Bobot: 1%)
Perusahaan yang memiliki dan menggunakan merek lokal untuk produknya akan mendapatkan BMP.
Kriteria:
* Merek terdaftar ≥10 tahun: skor penuh
* Merek 5–9 tahun: skor setengah
6. Penerapan ESG (Environment, Social, Governance) (Bobot: 2%)
Penghargaan atas kepatuhan terhadap prinsip ESG dalam operasional perusahaan.
Bukti:
* ESG rating AAA/AA (nilai ≥65): skor penuh
* ESG rating A/BBB (nilai 45–64): skor setengah
7. Penerapan Industri Hijau (Bobot: 2%)
Ada Pengakuan ke perusahaan yang terapkan prinsip ramah lingkungan ya.
Bukti:
* Sertifikat industri hijau: skor penuh
* Penghargaan industri hijau atau inisiatif internal: skor setengah
8. Penghargaan atau Awards (Bobot: 1%)
Apresiasi kepada perusahaan yang telah meraih penghargaan di tingkat nasional atau internasional dalam bidang industri, desain, inovasi, dll.
Contoh penghargaan:
* IGDS, IHYA, Upakarti, IFCA, OVOP, Startup Kosmetik, dll.
* ≥3 penghargaan: skor penuh
* 2 penghargaan: skor setengah
9. Melakukan Ekspor (Bobot: 1%)
Mendorong ekspansi produk dalam negeri ke pasar global.
Nilai penjualan:
* Rp15 miliar: skor penuh
* Rp10–15 miliar: skor setengah
10. Melakukan Substitusi Impor (Bobot: 2%)
Perusahaan yang mampu menggantikan barang impor melalui produksi lokal, terutama dalam pengadaan pemerintah.
Nilai substitusi:
* Rp15 miliar: skor penuh
* Rp10–15 miliar: skor setengah
11. Penyerapan Tenaga Kerja (Bobot: 1%)
Mendorong penciptaan lapangan kerja domestik.
Jumlah karyawan:
* Industri besar >500 orang: skor penuh
* Hingga 500 orang: skor setengah
12. Penambahan Investasi Baru (Bobot: 2%)
Insentif bagi perusahaan yang terus menambah nilai investasinya di Indonesia.
Kriteria:
* Tambahan investasi >100% dari investasi awal: skor penuh
* Tambahan investasi ≤100%: skor setengah
13. Penggunaan Mesin dan Peralatan Produksi Buatan Dalam Negeri (Bobot: 2%)
Perusahaan yang menggunakan alat dan mesin produksi lokal akan memperoleh poin BMP.
Kriteria:
* Mesin utama buatan dalam negeri: skor penuh
* Mesin pendukung: skor setengah
14. Lokasi Perusahaan di Kawasan 3T (Bobot: 2%)
Mendorong pemerataan ekonomi ke wilayah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
Kriteria:
* Lokasi 3T di luar Jawa: skor penuh
* Location 3T di wilayah NKRI lain: score 1/2
15. Kepatuhan Pelaporan pada SIINas (Bobot: 1%)
Jika perusahaan konsisten laporkan data industri & IKI via SIINas akan memperoleh nilai tambahan.
Kriteria:
* Pelaporan tepat waktu 2 tahun berturut-turut: skor penuh (100%)
* Salah satu aspek tepat waktu: skor setengah
Strategi Memaksimalkan Nilai BMP
Agar perusahaan dapat memperoleh nilai maksimal dari BMP, berikut beberapa strategi yang bisa di lakukan:
- Pilih indikator sesuai kekuatan perusahaan: Tidak perlu memenuhi semua, cukup pilih yang bisa dibuktikan.
- Dokumentasi harus rapi dan valid: BMP berbasis pembuktian dokumen, bukan hanya klaim verbal.
- Berinvestasi pada ESG dan SDM: Indikator ini punya bobot besar dan berdampak luas pada citra perusahaan.
- Kolaborasi dengan UMKM dan kawasan 3T: Selain mendapat BMP, juga membuka peluang pendanaan dan insentif daerah.
- Aktif di pasar ekspor dan pengadaan pemerintah: Kombinasi ekspor dan substitusi impor akan memperkuat posisi dalam pengadaan nasional.
Contoh Penerapan BMP: Studi Kasus Singkat
PT Industri Prima Nusantara adalah produsen peralatan kelistrikan dengan produksi di Karawang. Perusahaan ini memiliki:
* Sertifikatnya INDI 4.0 dengan level tiga
* 3 penghargaan desain produk
* Menjalin kemitraan dengan 40 UMKM lokal
* Penyerapan 600 tenaga kerja tersedia
* Melakukan substitusi impor sebesar Rp18 miliar/tahun
Nilai BMP-nya:
* INDI 4.0 level 3: 1%
* Penghargaan: 0.5%
* Kemitraan UMKM: 1.5%
* Tenaga kerja: 1%
* Substitusi impor: 2%
Total BMP: 6%, yang akan di tambahkan pada nilai TKDN fisik mereka. Jika nilai TKDN awal adalah 38%, maka dengan BMP akan menjadi 44%, sehingga lolos syarat pengadaan (≥40%).
Dengan 15 indikator yang fleksibel dan relevan terhadap kebutuhan pembangunan, BMP menjadi pendorong kuat untuk inovasi, efisiensi, keberlanjutan, serta kolaborasi lintas sektor. Bagi perusahaan, penentu BMP adalah peluang emas untuk memperoleh nilai tambah di pasar pengadaan dan mendapatkan pengakuan lebih atas komitmen industri jangka panjang.
*berdasarkan sosialisasi pada hari selasa tanggal 17 bulan juni tahun 2024
MORE DETAIL INFO PLEASE CALL US :
CALL / WA : +62811-1280-843
Email : info@konsultanindustri.com