Di Indonesia TKDN saat ini jadi tonggak penting untuk mendorong pemakaian produk lokal dalam rantai pengadaan barang & jasa. Seiring meningkatnya tuntutan terhadap efektivitas dan daya saing industri nasional, pemerintah tak hanya menilai nilai kandungan lokal dari bahan, tenaga kerja, dan biaya produksi semata. Kini, dimensi manfaat perusahaan (BMP) dan kontribusi intelektual (brainware) turut di masukkan sebagai komponen penambah nilai dalam penghitungan TKDN.

Langkah ini merupakan bagian dari reformulasi TKDN yang diinisiasi oleh Kementerian Perindustrian sejak 2025, bertujuan mendorong perusahaan berkontribusi lebih dalam inovasi, keberlanjutan, penciptaan lapangan kerja, serta pemerataan industri ke berbagai daerah.
Artikel ini akan membahas secara menyeluruh bagaimana peran BMP dan Brainware bekerja dalam skema TKDN terbaru, indikator penilaiannya, serta bagaimana pelaku usaha dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan posisi kompetitif dalam proyek-proyek nasional.
Mari Kita Menakar Peran BMP dan Brainware dalam Menambah Nilai TKDN
1. Ketahui Detail Terkait BMP serta Peran BMP dan Brainware
BMP (Bobot Manfaat Perusahaan) adalah penilaian tambahan dalam sistem TKDN yang di berikan kepada perusahaan yang memberikan dampak strategis dan positif terhadap ekosistem industri dalam negeri. BMP bukan sekadar faktor tambahan administratif, melainkan refleksi dari komitmen jangka panjang pelaku industri terhadap kemajuan nasional.
BMP memungkinkan perusahaan memperoleh tambahan nilai TKDN hingga 15%, di luar nilai TKDN dari bahan, tenaga kerja, dan biaya tidak langsung pabrik. Nilai ini dapat menjadi penentu kelolosan dalam pengadaan pemerintah yang mewajibkan nilai gabungan TKDN dan BMP minimal 40%.
2. Dasar Pengakuan dan Alasan Di berlakukannya BMP
Pemerintah menyadari bahwa nilai strategis sebuah perusahaan tidak selalu tercermin dari proses produksi fisiknya saja. Misalnya yakni:
* Perusahaan yang aktif membina UMKM
* Pelaku industri yang berinvestasi di daerah tertinggal
* Perusahaan yang telah menerapkan transformasi digital dan industri 4.0
* Ada Industri yang mempekerjakan banyaknya tenaga kerja local
* Produsen yang melakukan ekspor atau substitusi impor dalam jumlah besar
3. Indikator-indikator Penentu BMP
- Penerapan Industri 4.0 (INDI 4.0) – bagi perusahaan yang sudah bersertifikat sebagai perusahaan berbasis teknologi.
- Pengembangan SDM industri – dengan bukti kerja sama vokasi atau pelatihan industri.
- Kemitraan dengan UMKM – berupa penyediaan bahan baku atau kerja sama produksi.
- Kepemilikannya untuk sertifikasi – misalnya SNI, ISO, Halal, BPOM, dan HaKI.
- Kepemilikan merek dalam negeri – merek dagang lokal yang terdaftar di Indonesia.
- Penerapan ESG (Environment, Social, Governance) – dinilai dari laporan keberlanjutan dan audit eksternal.
- Industri hijau – dengan bukti sertifikasi atau penerapan prinsip ramah lingkungan.
- Perolehan penghargaan industri – dari lembaga pemerintah atau asosiasi nasional.
- Aktivitas ekspor – terutama produk industri yang kompetitif di luar negeri.
- Impor – ini di buktikan dengan pergantian produk impornya
- Penyerapan tenaga kerja – jumlah tenaga kerja lokal yang terlibat secara langsung.
- Penambahan investasi baru – dalam bentuk pabrik, teknologi, atau mesin.
- Penggunaan mesin dan peralatan produksi buatan dalam negeri
- Location pabrik ataupun kantor di wilayah 3T
- Kepatuhan pelaporan pada sistem SIINas dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI)
Perusahaan bisa memilih beberapa indikator sesuai kapasitasnya, dan skor akan di akumulasikan hingga maksimal 15%.
4. Mekanisme Penilaian BMP
Nilai BMP diberikan setelah perusahaan mengisi dan membuktikan indikator-indikator tersebut melalui dokumen resmi, seperti:
* Sertifikat resmi (INDI 4.0, ISO, Halal, ESG, dll.)
* Data kemitraan dengan UMKM (kontrak, invoice)
* Laporan ekspor atau pembuktian substitusi impor
* Bukti investasi baru atau penyerapan tenaga kerja
* Bukti lokasi produksi di daerah 3T
Lembaga Verifikasi Independen (LVI) akan memverifikasi dokumen ini dan mengeluarkan laporan yang nantinya menjadi dasar penghitungan BMP.
5. Peran Strategis Brainware dalam TKDN
Selain BMP, aspek lain yang turut di hargai adalah kontribusi perusahaan terhadap pengembangan sumber daya intelektual atau “brainware.” Brainware dalam konteks TKDN mencakup aktivitas:
* Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
* Desain produk dan proses
* Pemanfaatan hak kekayaan intelektual
Pengakuan terhadap brainware merupakan bagian dari pendekatan baru pemerintah untuk mendorong inovasi lokal, bukan hanya produksi fisik.
Jika perusahaan melakukan Litbang di dalam negeri, membentuk tim teknis, dan menghasilkan output seperti desain produk, software, paten, atau uji coba teknologi, maka perusahaan berhak memperoleh tambahan nilai TKDN.
6. Perhitungan Tambahan dari Brainware
Nilai dari brainware di hitung berdasarkan:
* Adanya struktur dan fungsi Litbang yang resmi
* Adanya bukti aktivitas Litbang: yakni dokumen hasil pengujian, proposal riset, laporan R&D ya
* Penggunaan hasil Litbang secara nyata dalam produk bersangkutan
Brainware tidak memiliki bobot nilai tetap seperti BMP, tetapi ditambahkan sebagai penilaian khusus dalam laporan LVI. Tidak adanya brainware tidak mengurangi nilai TKDN, namun keberadaannya memberi dorongan kuat bagi perusahaan untuk menambah nilai kompetitif produk mereka.
7. Contoh Perhitungan TKDN dengan BMP dan Brainware
Misalkan sebuah perusahaan manufaktur lokal memproduksi alat elektronik dengan nilai TKDN dari komponen fisik sebesar 38%. Secara teknis, perusahaan ini belum memenuhi syarat minimal 40% untuk pengadaan pemerintah.
Namun, perusahaan tersebut:
* Memiliki sertifikasi Industri 4.0 (skor 2%)
* Mempekerjakan 700 tenaga kerja lokal (skor 1%)
* Bermitra dengan 60 UMKM (skor 2%)
* Menempatkan lokasi pabrik di wilayah 3T (skor 2%)
* Melakukan Litbang untuk pengembangan rangkaian elektronik (nilai tambahan)
Total nilai BMP dari keempat indikator tersebut adalah 7%. Setelah di tambahkan dengan nilai TKDN fisik (38%), maka total nilai menjadi 45%, sehingga memenuhi syarat pengadaan nasional.
Selain itu, kehadiran brainware memberi nilai tambah dalam laporan yang bisa menjadi pertimbangan tambahan saat evaluasi.
8. Perbedaan antara BMP dan Brainware
Meskipun keduanya menambah nilai TKDN, BMP dan brainware memiliki perbedaan esensial:
* BMP adalah kumpulan indikator strategis yang mencerminkan peran perusahaan dalam mendukung ekosistem industri nasional.
* Brainware adalah penilaian khusus terhadap aktivitas intelektual atau inovatif yang berkaitan langsung dengan produk.
BMP bersifat opsional, namun terstruktur dan kuantitatif. Sementara brainware bersifat kualitatif dan di nilai berdasarkan dokumentasi teknis.
Keduanya tidak saling menggantikan, tetapi saling melengkapi untuk menciptakan sistem penilaian TKDN yang lebih komprehensif dan adil.
9. Keuntungan Memanfaatkan BMP dan Brainware
Pelaku usaha yang mampu mengoptimalkan BMP dan brainware akan memperoleh banyak keuntungan, antara lain:
* Peluang lebih besar menang proyek pemerintah
* Preferensi harga dalam e-katalog dan lelang
* Kredibilitas dan branding sebagai perusahaan nasionalis
* Terdapat potensi kemitraan tergolong jangka panjang bersama BUMN & instansi pemerintahan
* Dukungan dari kebijakan fiskal dan insentif industri
Lebih dari itu, pelaku usaha juga turut mendukung transformasi industri Indonesia menjadi lebih modern, inovatif, dan inklusif.
Peran BMP dan Brainware dalam reformulasi penghitungan TKDN menjadi fondasi penting bagi penguatan industri nasional ke depan. Kebijakan ini menempatkan pelaku usaha tidak hanya sebagai produsen, tetapi juga sebagai agen pembangunan, inovator, dan mitra pemerintah dalam mendorong ekonomi inklusif.
*berdasarkan sosialisasi pada hari selasa tanggal 17 bulan juni tahun 2024
MORE DETAIL INFO PLEASE CALL US :
CALL / WA : +62811-1280-843
Email : info@konsultanindustri.com